Istilah meme pertama kali
diperkenalkan oleh Richard Dawkins dalam bukunya The Selfish Gene (1976).
Menurut pengakuannya, istilah ini muncul karena Dawkins menganggap bahwa Teori
Darwin terlalu luas untuk hanya dibatasi pada peranan gen. Teori Evolusi
Darwin dapat juga mencakup evolusi di luar biologi, seperti bahasa dan sosial
budaya. Dua-duanya berfungsi sebagai pengganda diri sendiri (replicator).
Jika gen diketahui bersifat mementingkan diri sendiri (selfish),
maka hampir pasti demikian juga dengan meme. Meme sebagai unit
perubahan sosial budaya, bergerak mengejar suksesnya sendiri.
Sukses meme terdiri dari tiga hal yaitu:
1.
usia sepanjang-pangjangnya (longevity);
2.
tersebar seluas-luasnya (fecundity); dan
3.
berketurunan seasli-aslinya (copying
fidelity).
Dawkins,
mendefinisikan meme sebagai: “segala hal yang dapat berpindah dari
satu benak ke benak lain (Dawkins, dalam James Lull, 1998: xvii).
Pengembangan teori ini juga dilakukan oleh
Richard Bordie, dalamVirus of The Mind: The New Science of The Meme (1996).
Menurut Bordie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan dalam
benak seseorang, yang mempengaruhi kejadian di lingkungannya, sedemikian rupa,
sehingga makin tersebar luas di benak orang lain. Bordie membagi
semua meme kepada tiga jenis: distinction meme; strategy meme dan association
meme. Pada hakikatnya, peran meme adalah: Meme dapat
berkembang untuk mewujudkan tiga suksesnya sendiri, tanpa menghiraukan
kepentingan manusia yang benaknya dimanfaatkan. Inilah yang dapat menjelaskan,
mengapa siaran kekerasan misalnya, terus saja diproduksi dan dinikmati, kendati
setiap orang mengetahui bahayanya. Terdapat tiga jalur utama yang digunakan
oleh meme untuk menulari benak manusia:
1.
Pengulangan (repetition); Indoktrinasi yang diulang-ulang sehingga indoktrinasi
itu terasa akrab dan merupakan bagian dari program diri. Anak muda sangat
rentan terhadap indoktrinasi.
2.
Ketegangan (cognitive dissonance); Bila orang berada dalam ketegangan dan
merasa tidak nyaman, dan bila muncul suatu doktrin baru
yang bisa mengendurkan ketegangan itu, maka doktrin baru itu akan
didukung dan doktrin lama dibuang.
3.
Menunggangi (free riding); Bila orang nyaman dengan doktrin baru maka doktrin
baru itu akan menunggangi nalurinya. Ajaran –ajaran lama (leluhur)
sudah tidak menarik lagi, karena muncul doktrin baru.
Iklan, dikategorikan sebagai repetition,
contohnya pada iklan Rexona yang berjargon, “Setia setiap saat.”
Iklan XL yang berjargon, “XLangkah lebih maju!”.
Orang-orang jika mendengarkan kata-kata tersebut sudah familiar dan tahu bahwa
itu adalah produk XL. Iklan L-MEN
yang mempunyai jargon, “Trust me! It works!”. Juga iklan susu
HiLo, “Tumbuh tuh ke atas, bukan ke samping!”.
Beberapa pengertian yang mengganggu ketenangan
hati termasuk cognitive dissonance, dalam iklan minyak kayu putih cap
lang, “buat anak kok coba-coba”. Dari kata-kata ini bisa bermakna
ambigu dan beberapa orang bisa menelurkan persepsi yang berbeda-beda. Ada yang
memikirkan hal negatif maupun positif, sesuai dengan segala pesan yang
diterimanya. Dan segala gagasan yang menunggangi naluri manusia, seperti:
lapar, seks, dan mempertahankan diri termasuk free riding. Dalam
iklan minuman dingin Freshtea, pernah diputar di bulan Ramadhan,
menceritakan seorang karyawan lelaki yang memanggil-manggil taksi karena hendak
pulang namun beberapa taksi ada yang penuh tumpangan dan ada pula yang
menghiraukan. Karyawan itu bertemu dengan seorang nenek tua saat adzan magrib
berkumandang bertepatan dengan waktu berbuka puasa, sang karyawan memberikan
sebotol freshtea dan sang nenek langsung berteriak lantang memanggil taksi, “TAKSIIIIII!!!”
seluruh kendaraanpun berhenti di jalan itu. Ini adalah contoh free ridding,
dimana sang nenek (umur 65-an) berteriak lantang hingga semua orang menutup
kuping sehingga membuat jalanan lengang-diam, padahal normalnya orang tua tidak
mungkin berteriak sekeras itu. Orang tua dicitrakan dengan kondisi yang sudah
tidak prima lagi dan berkatapun pelan-pelan, bahkan ada orang tua yang tidak
bisa mendengar dengan jelas dan bahkan kita yang harus berucap keras-keras
sambil mengeja.
0 komentar:
Post a Comment
Terima kasih untuk masukannya. Setiap masukan akan dievaluasi untuk output yang lebih baik #JernihBerkomentar