Hanya sebuah catatan kecil. Catatan reminder dikala lupa.

Sunday, October 27, 2019

Terkena Syndrome FOMO (Fear of Missing Out)

Lihat instagram, ada yang menarik, mulai berkeinginan juga untuk memiliki. Orang punya make up dari brand ini, brand itu. Punya baju ini dari brand ini, brand itu. Tertarik pula untuk membeli. Orang traveling dari kota A ke kota B, pengen pula pergi ke sana. Kalau ini, jangan ditanya lagi, syndrome ini sudah menjadi darah daging. Kwkw. Travel itu seperti mengisi kembali energi di dalam jiwa. Ini beda rasanya, tak ternilai. Tidak bisa dibeli dengan uang.

Kenapa syndrome FOMO menjadi menarik dibahas, karena syndrome ini menular ke semua tingkatan sosial masyarakat. Anak SD sekarang harus punya jam tangan IMO yang bisa menelepon ke rumah, kalau tidak punya jam tangan ini tidak keren. Anak SMP-SMA berlomba-lomba bermain di aplikasi Tik-Tok, kalau tidak eksis diaplikasi ini tidak keren. Anak hypebeast, harus punya baju abstrak branded, sepatu branded, asesoris branded, kalau tidak punya tidak keren. Sungguh sangat menarik dibahas!

Ketakutan untuk ketinggalan trend sudah lumrah. Perlombaan saling menyaingi satu sama lain adalah sesuatu yang ordinary. Seseorang akan takut dicap ketinggalan zaman hanya karena temannya lebih dulu eksis dengan satu hal yang kekinian. Dampaknya itu menarik untuk di analisis. Saya pribadi pun sudah tejangkit syndrome ini. Ya, sejauh ini yang saya rasa. Sebab, pada kenyataannya, semua ikut terjangkiti. Dalam wilayah pekerjaan misalnya, sesuatu yang terlihat baru, semua dituntut harus curious. Jika zamannya sekarang tidak lagi nge-trend bawa makanan bekal ke kantor, diganti dengan yang serba instan seperti go-food. Hal kecil seperti ini saja, sudah terlihat ‘prestisius’ karena si pengguna sudah melek internet. Dan itu diakui!


Syndrome ini punya efek baik dan efek buruk, tergantung kita mengikuti trend yang bagaimana. Kalau kita mengikuti habit misalnya, koleksi barang branded, karena teman kita juga suka mengoleksi barang branded (dan takut ketinggalan), tentu kita harus melihat dari segi finansial, apakah mencukupi atau tidak untuk mengikuti gaya tersebut. Jangan sampai kita terlilit hutang kesana-kemari. Hingga kartu kredit ikutan membengkak.



Share:

Related Posts:

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih untuk masukannya. Setiap masukan akan dievaluasi untuk output yang lebih baik #JernihBerkomentar

Who is she?

My photo
My name is Ayu. Usually travel and reading a book in a cafetaria in town. Now im working in a corporate. I have an instagram @ayuflow

Kerja Online Lewat Fiverr Saat Nganggur Di Rumah

Kerja Online Lewat Fiverr Saat Nganggur Di Rumah Karena pandemic Corona, banyak yang kena PHK. Susah cari kerja karena banyak pe...

Contact Form

Name

Email *

Message *

Search This Blog

Archives

Popular Posts

Followers

Translate